Kamis, 29 Januari 2015
CELAAN DAN PUJIAN
Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata: "Sebuah cara yang paling manjur untuk mendapatkan ketenangan adalah mengabaikan omongan orang dan memperhatikan ucapan Sang Pencipta Alam. Barangsiapa yang menyangka bahwa dirinya bisa selamat dari celaan manusia, maka dia telah gila.
Seorang yang mencermati secara seksama -sekalipun ini pahit rasanya- niscaya akan mengetahui bahwa celaan manusia kepadanya justru lebih baik daripada pujian mereka, sebab pujian kalau memang benar (sesuai kenyataan) maka bisa menyeretnya kepada lupa daratan dan dapat menimbulkan penyakit 'ujub (bangga diri) yang akan merusak keutamaannya. Namun apabila pujian itu tidak benar dan dia bergembira dengannya, maka artinya dia gembira dengan kedustaan. Sungguh ini kekurangan yang sangat.
Adapun celaan manusia, kalau memang benar (sesuai kenyataan) maka hal itu dapat mengeremnya dari perbutan yang tercela, dan ini sangat bagus sekali, semua pasti menginginkannya kecuali orang yang kurang akalnya. Namun apabila celaan itu tidak benar dan dia bersabar, berarti dia akan mendapatkan keutamaan sabar dan akan mengambil pahala kebajikan dari orang yang mencelanya, sehingga dia akan menuai pahala kelak di hari kiamat hanya dengan perbuatan yang tidak memberatkan (yaitu bersabar).
Sungguh ini adalah kesempatan berharga, semua pasti menginginkannya kecuali orang yang gila." [Mudawah Nufus, hal. 80-81]
Di antara tanda kebodohan adalah senang dengan pujian dan menjadikan pujian untuk kepuasan diri,di antara tanda kecerdasan adalah ikhlas menerima celaan dan menjadikan celaan sebagai bahan renungan untuk perbaikan diri.
Jumat, 23 Januari 2015
TIGA HAL YANG HARUS DI HINDARI
Khutbah Jum’at
Tema: Tiga hal yang harus
di hindari
Masjid Rumah Sakit, Sari
Asih Kota Serang
23 Januari 2015
Khatib: H. Kholid Ma’mun,
MA
الْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى
وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ
الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ
أَجْمَعِيْنَ. أما بعد
فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون, اتقو الله حق تقاته
ولاتموتن ألا وأنتم مسلمون. وقد قال الله تعالى فى القرأن الكريم أفمن شرح الله
صدره للاسلام فهو على نور من ربه
Alhamdulillah, puji syukur
kehadirat Allah yang Maha Agung shalawat dan salam terhaturkan kepada
Rasulullah manusia paling sempurna di jagat alam. Pada hari kesempatan yang
istimewa ini marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah
swt. Karena ketaqwaanlah yang akan membawa kita pada keselamatan.Khutbah kali ini ingin menyampaikan satu hadits Rasulullah saw yang jika diperhatikan secara seksama memberikan ajaran kepada seorang muslim agar tidak terjerumus dalam kerugian. Hadits itu berbunyi:
رُوِىَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهُ قَالَ: مَنْ أَصْبَحَ وَهُوَ يَشْكُو ضَيْقَ الْمَعَاشِ فَكَاَنَّمَا
يَشْكُو رَبَّهُ وَمَنْ أَصْبَحَ لِأُمُوْرِ الدُّنْيَا حَزِيْنًا فَقَدْ أَصْبَحَ
سَاخَطًا عَلىَ اللهِ وَمَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِناَهُ فَقَدْ ذَهَبَ ثُلُثَا
دِيْنِهِ
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Itulah tiga hal yang seharusnya dihindarkan oleh setiap muslim. Mengingat ketiga hal tersebut memiliki dampak buruk kepada hubungan manusia dengan Allah swt.
Pertama, hindarkanlah kebiasaan mengeluh kepada sesama akan kondisi yang ada. Karena hal itu sama artinya dengan menggugat taqdir Allah swt yang ditetapkan bagi seorang hamba. Mengeluh dan meratapi nasib yang diderita sama artinya dengan merasa tidak puas akan pemberian Allah swt. Ketidak puasan itu adalah manusiawi, tetapi hendaknya langsung saja diratapkan dalam doa kepada-Nya janganlah diadukan kepada sesama. Sebagaimana do’a Nabi Musa yang dipantajkan kepada Allah swt tatkala beliau melewati lautan berama kaumnya:
اَلَّلهُمَّ لَكَ
الْحَمْدُ وَاِلَيْكَ الْمُشْتَكَى وَاَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ وَلَا
قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Ya Allah segala puji bagi-Mu.
Kepada Engkaulah aku mengadu dan hanya Engkau yang bisa memberi pertolongan.
Tiada daya dan upaya, serta tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah
Yang Maha Tinggi lagi Maha AgungKedua, hindarkanlah perasaan sedih dengan kondisi yang ada dipagi hari. Karena hal itu akan menimbulkan rasa tidak ridha dengan apa yang diberikan Allah kepada kita. Kedua larangan ini adalah bukti ketdak sabaran seorang hamba akan nasibnya. Sesungguhnya orang yang sabar tidak akan menggerutu apalagi mengadukan nasibnya kepada sesama.
Kedua hal di atas pada hakikatnya menunjukkan betapa seeorang hamba tidak lagi bersabar. Karena sejatinya sabar adalah Tajarru’ul murarati bighairi ta’bitsin (tahan menelan barang pahit tanpa cemberut). Oleh karena itu, ketika di pagi hari kita telah menggerutu akan keadaan nasib kita, berarti kita bukan lagi orang yang sabar. Apalagi hingga mengadukan nasib kita kepada sesama manusia dengan mengeluhkan keberadaan dan keadaan yang kita alami.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ketiga, barang siapa merendahkan dirinya di hadapan orang kaya karena kekayaannya sungguh telah lenyap dua pertiga agamanya. Poin ketiga dan terkahir ini dapat dimaknai sebagai larangan Rasulullah saw akan adanya persaan thama’ dan pengharapan yang tinggi kepada sesama. Karena pengharapan itu hanya boleh disandarkan kepada Allah swt saja.
Sedangan pada sisi lain juga menunjukkan larangan pengagungan sesama manusia, apalagi pengagungan itu dilatar belakangi kepimilikan harta, sungguh hal itu pasti akan berimbas pada penghinaan ilmu dan kemaslahatan. Bukankah ini telah menjadi fenomena di sekitar kita saat ini? Di mana orang-orang yang memiliki harta dapat menguasai berbagai jejaring bahkan dapat menentukan arah ilmu pengetahuan. Bukankah beberapa wacana yang ada di negeri ini merupakan hasil kerja para penyandang dana? Na’udzubillahi min dzalik.
Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah
Jika demikian adanya berbagai larangan, lantas apakah hal yang diperbolehkan untuk kita dalam menilai lebih sesama manusia? Islam hanya memberikan dua kepada umatnya agar saling menghargai dan memuliakan pertama karena ilmunya, karena kebaikannya. Selebihnya tidak ada. Jadi siapapun yang memuliakan manusia dengan berbagai alasan sesungguhnya orang itu telah terjerembab kepada lubang kecil yang jika dibiarkan akan menenggelamkan diri pada lumpur kethamakan.
Di Akhir khutbah ini khatib ingin menyampaikan pesan seorang ulama’ Besar yang terkenal dengan kewaliannya beliau adalah Syaikh Abdul Qadir al-Jailani rahimahullahu ta’ala ‘anhu bahwa:
لاَبُدَّ لِكُلِّ مُؤْمِنٍ فِى سَائِرِ اَحْوَالِهِ مِنْ
ثَلَاثَةِ أَشْيَاء: أَمْرٌ يَمْتَثِلُهُ وَنَهْيٌ يَجْتَنِبُهُ وَقَدْرٌ يَرْضَى
بِهِ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي
وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ
مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ
تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
مَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ
فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ
اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Minggu, 18 Januari 2015
ABU BAKAR RA DAN UMAR RA BERLOMBA DALAM KEBAIKAN
Sahabat Abu Bakar R.a. dan Umar
R.a. adalah dua menteri Rasulullah dan keduanya juga merupakan ayah mertua dari
Rasulullah. Mereka berdua adalah orang yang pertama kali diperintah oleh
Rasulullah dalam setiap urusan, sehingga di antara mereka berdua saling
mencintai dan mengasihi dan saling berlomba dalam kebaikan, masing-masing ingin
mengungguli yang lain.
Dalam
persaingan tersebut Abu Bakarlah yang selalu jadi pemenangnya. Dalam perang
Tabuk, Umar berkata, “Hari ini aku pasti bisa mengungguli Abu Bakar.”
Dia pergi dengan membawa separoh hartanya kepada Rasulullah S.a.w.. Maka
Rasulullah S.a.w. bertanya kepadanya, “Apa yang kamu sisakan untuk
keluargamu?”
Umar menjawab, “Aku
telah menyisakan separoh harta bendaku untuk keluargaku.”
Tiba–tiba Abu
Bakar datang membawa harta bendanya, lalu meletakkannya di pangkuan
Rasulullah. Rasulullah bertanya kepadanya, “Apa yang kamu sisakan untuk
keluargamu wahai Abu Bakar?”
Abu Bakar
menjawab, “Aku telah menyisakan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.”
Umar pun sadar
bahwa pada saat itu kebaikan Abu Bakar telah mengungguli kebaikannya. Bukan
hanya pada kali ini saja Abu Bakar selalu mengalahkan Umar dalam masalah
kebaikan.
Pada suatu hari
setelah melaksanakan shalat subuh, Rasul bertanya, “Siapakah di antara
kalian yang melakukan puasa di hari ini?”
Umar berkata, “Wahai
Rasulullah, malam tadi aku tidak berniat puasa sehingga sekarang aku tidak
berpuasa.”
Abu Bakar
berkata, “Aku wahai Rasulullah, malam tadi aku berniat berpuasa sehingga
sekarang aku berpuasa.”
Rasulullah
S.a.w. bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini menjenguk
orang sakit?”
Umar berkata, “Sekarang
kita hanya melakukan shalat, bagaimana kita bisa menjenguk orang sakit?”
Abu Bakar
berkata, “Wahai Rasulullah, aku mendengar kabar bahwa saudaraku Abdurrahman
bin Auf sakit, lalu aku menjenguknya kemudian baru aku datang ke masjid.”
Nabi S.a.w.
lalu melanjutkan pertanyaannya, “Siapakah di antara kalian yang telah
berderma di hari ini?”
Umar berkata, “Wahai
Rasulullah S.a.w., kami masih selalu bersamamu, bagaimana kami bershadaqah?”
Abu Bakar
berkata, “Wahai Rasulullah, di saat aku akan masuk ke masjid tiba-tiba ada
orang yang meminta-minta, saat itu juga aku melihat putera Abdurrahman bin Abu
Bakar membawa sepotong roti, roti itu kemudian aku ambil dan aku berikan kepada
peminta-minta tersebut.”
Maka Nabi
S.a.w. berkata, “Bergembiralah dengan surga, bergembiralah dengan
surga.”
Di belakang
Rasulullah S.a.w. yang berada di barisan terdepan dalam meraih kebaikan adalah
Abu Bakar tidak terkecuali yang dikalahkan adalah Umar bin Al-Khathab R.a..
Suatu hari,
dari kejauhan Umar melihat wanita tua renta yang membutuhkan pertolongan. Maka
dia bergegas ingin menolongnya. Namun ternyata ada seorang lelaki yang lebih
dahulu menolong wanita tua renta itu.
Pada hari
berikutnya, peristiwa tersebut terulang kembali sehingga Umar bertanya kepada
wanita tersebut, “Siapakah yang telah memberikan bantuan kepadamu?”
Wanita tua itu
menjawab, “Seorang lelaki yang selalu datang kepadaku setiap hari.”
Dari kejauhan
ia lalu menanti datangnya laki-laki tersebut ke rumah wanita tua tersebut,
ternyata laki-laki yang datang ke rumah wanita itu adalah Abu Bakar.
Melihat kenyataan yang seperti itu Umar berkata, “Aku tidak berlomba dengan
Abu Bakar dalam sesuatu, kecuali dialah yang memenangkannya.”
Hikmah:
Berlomba-lomba
dalam kebaikan adalah sesuatu yang dianjurkan. Wahai saudaraku, marilah kita
berlomba-lomba dalam kebaikan. Kebaikan apakah yang telah saudaraku lakukan
hari ini?
Wallahu
Musta'an....
Jumat, 16 Januari 2015
KONGLOMERAT MUSLIM YANG MEMBUAT MUADZIN MALU
Jika kita bercita-cita jadi konglomerat maka bisa
menjadikan SULAIMAN AR-RAJHI ini sebagai
model.
Beberapa hal penting yang kami ketahui tentang
beliau adalah:
1. Majalah
Forbes menyebutkan kakayaannya 7,7 milyar Dollar dan orang terkaya no 120 di dunia, tetapi beliau
tetap tampil dengan sederhana, berpakaian jubah putih bersih yang jauh dari kesan
glamour dan berlebihan.
2.Beliau
memulai usaha dari Nol, kehidupan masa kecilnya sangat susah hingga pernah bekerja jadi kuli
panggul dan menjual
kayu bakar di masa kanak-kanaknya. Tetap dengan ketekunan, hemat dan kerja keras serta tawakkalnya kepada
Allah hingga akhirnya beliau
dan saudaranya memiliki “Kerajaan Bisnis Raksasa” di KSA dan salah satunya adalah Bank
Ar-Rajhi; Bank syariah terbesar di Dunia yang ATM nya tersebar menjamur dan cabangnya
terdapat nyaris di semua distrik KSA.
3..Sangat-sangat dermawan, memiliki Yayasan Amal “raksasa” yang
menyalurkan donasinya ke berbagai Negara–sebelum dilarang pasca 11
septmber 2002- sulit menghitung waqaf beliau dan jumlah masjid yang telah dibangunnya, serta donasinya untuk berbagai amal dakwah dan penyebaran ilmu.
septmber 2002- sulit menghitung waqaf beliau dan jumlah masjid yang telah dibangunnya, serta donasinya untuk berbagai amal dakwah dan penyebaran ilmu.
4.Tidak meletakkan kekayaan di hatinya, Bahkan di masa tuanya kini
beliau telah membagi sekitar 6,7 trilyun hartanya kepada ahli waris dan kerabatnya serta
fakir miskin hingga diibaratkan hanya memilih “pakaian yang melekat di badan” dan asset
bisnis yang dikelola
para professional yang hasilnya untuk amal social dakwah Islam. Lahir tanpa membawa apa-apa
dan siap tidak tergantung pada harta sebelum meninggal.
5.Dari tetangga dan orang yang tinggal di lingkungannya disampaikan bahwa
konglomerat kelas kakap ini selalu termasuk orang-orang yang datang paling awal ke masjid
untuk sholat 5 waktu
berjamaah, sehingga jika muadzin masjid telat sedikit maka sang konglomeratlah yang adzan. Bandingkan
dengan konglomerat lainnya !!
6..Diantara masjid yang dibangunnya adalah Masjid Ar-Rajhi
di distrik Rabwah,
masjid ini terbesar ketiga setelah Masjidil Haram Mekah dan Madinah. Bisa menampung 18 ribu jamaah
sholat, terdapat berbagai sarana pelayanan masyarakat seperti pusat pemandian dan
pengurusan jenazah terbesar
di Riyadh, Auditorium untuk seminar dan ceramah agama, perpustakaan berisi 40 ribu
jenis buku (bukan judul ya..), tempat tinggal bagi para penuntut ilmu yang datang dari luar
kota untuk mengikuti
berbagai kajian Islam, menyediakan air zamzam sebagai minuman jamaah dengan kuota 400 galon perminggu,
dsb. Dan saat sholat jum’at di
lantai dasar dikhususkan untuk sholat jum’at orang asing dimana khutbah langsung
diterjemahkan ke berbagai bahasa ; termasuk bahasa isyarat untuk jamaah yang tuna rungu dan tentu
saja… bahasa Indonesia..
Semoga Allah Ta’ala merahmati kehidupan beliau, menerima amalnya, mengampuni
kesalahan dan dosanya dan kita semua…
Langganan:
Postingan (Atom)