Rabu, 31 Desember 2014

KURBAN KAMBING DAN SAPI

Pengajian Dr. Nadirsyah Hosen
Konon, seorang menemui KH. Bisri Syamsuri, “Pak Kiai! Saya mau berkurban sapi tahun ini. Saya ingin sapi itu menjadi kendaraan saya sekeluarga di akhirat.”
“Oh, Bagus, sapi itu untuk 7 orang. Berapa jumlah keluargamu?”
“Tujuh orang dengan tambahan satu anak kecil. Jadi total delapan orang, apakah seperti itu boleh?”
“wah, tidak boleh, sapi hanya untuk tujuh orang!” dengan kecewa, orang itu pulang. Besoknya dia pergi menemui KH. Wahab Chsabullah untuk bertanya hal yang sama. Apa jawaban kiai Wahab?
Oh, boleh. Hanya saja karena anakmu yang terakhir itu masih kecil, mesti ada penopang agar ia bisa menaiki sapi itu. Dan penopangnya adalah kambing. Jadi, kamu kurban satu sapi ditambah satu kambing untuk semua keluargamu.”
“o, begitu, tidak masalah, pak kiai. Yang penting kami sekeluarga bisa naik sapi di akhirat nanti.”
KH. Bisyri Syamsuri dan KH. Wahab Chasbullah (Allah yarhamhumaa) adalah dua ulama NU (Nahdlatul Ulama). Mbah Bisri terkenal “hitam putih” (kaku, tasydid) dalam masalah fikih, sementara mbah Wahab Lebih fleksibel (kompromi, takhfif). Kedua pendekatan yang berbeda ini membuat gaya kepemimpinan mereka juga berbeda ketika masing-masing mendapat amanah sebagai Rais ‘Am NU. Dan, inilah contoh betapa Islam menghargai perbedaan pendapat. Jadi, terserah anda, mau ikut cara Mbah Bisri atau Mbah Wahab.[]