Rabu, 31 Desember 2014

KURBAN KAMBING DAN SAPI

Pengajian Dr. Nadirsyah Hosen
Konon, seorang menemui KH. Bisri Syamsuri, “Pak Kiai! Saya mau berkurban sapi tahun ini. Saya ingin sapi itu menjadi kendaraan saya sekeluarga di akhirat.”
“Oh, Bagus, sapi itu untuk 7 orang. Berapa jumlah keluargamu?”
“Tujuh orang dengan tambahan satu anak kecil. Jadi total delapan orang, apakah seperti itu boleh?”
“wah, tidak boleh, sapi hanya untuk tujuh orang!” dengan kecewa, orang itu pulang. Besoknya dia pergi menemui KH. Wahab Chsabullah untuk bertanya hal yang sama. Apa jawaban kiai Wahab?
Oh, boleh. Hanya saja karena anakmu yang terakhir itu masih kecil, mesti ada penopang agar ia bisa menaiki sapi itu. Dan penopangnya adalah kambing. Jadi, kamu kurban satu sapi ditambah satu kambing untuk semua keluargamu.”
“o, begitu, tidak masalah, pak kiai. Yang penting kami sekeluarga bisa naik sapi di akhirat nanti.”
KH. Bisyri Syamsuri dan KH. Wahab Chasbullah (Allah yarhamhumaa) adalah dua ulama NU (Nahdlatul Ulama). Mbah Bisri terkenal “hitam putih” (kaku, tasydid) dalam masalah fikih, sementara mbah Wahab Lebih fleksibel (kompromi, takhfif). Kedua pendekatan yang berbeda ini membuat gaya kepemimpinan mereka juga berbeda ketika masing-masing mendapat amanah sebagai Rais ‘Am NU. Dan, inilah contoh betapa Islam menghargai perbedaan pendapat. Jadi, terserah anda, mau ikut cara Mbah Bisri atau Mbah Wahab.[]

Minggu, 05 Oktober 2014

IBADAH HAJI DAN KURBAN



KHUTBAH IDUL ADHA 1435 H
DI PONPES DAAR EL ISTIQOMAH- KOTA SERANG

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ   اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ   اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
 اَللهُ أَكْبَر
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
. الْحَمْدُ للهِ الْقَائِلِ فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ (وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ 
Jamaah Sholat Idul Adha Yang dimuliakan Allah Swt
Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, serta melafalkan sholawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Dalam kesempatan ini kami mengingkatkan kepada seluruh hadirin dan khusus kepada diri kami sendiri untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT. Karena dengan bertakwa kepada Allah SWT maka jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat akan kita peroleh.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Pada hari dan bulan ini umat Islam dari seluruh penjuru dunia disyariatkan menjalankan 2 ibadah disamping ibadah yang rutin dilaksanakan setiap hari. Pertama ibadah haji dan, kedua ibadah kurban.
Yang pertama, ibadah haji. pada pagi ini umat Islam yang istitho’ah (mampu), sedang berduyun-duyun dari Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jumrah aqobah dan tahallul awal, setelah mulai kemarin siang tanggal 9 Dzulhijjah melaksanakan ibadah wukuf di Arofah. Kalimat talbiyah, لبيك اللهم لبيك لبيك لا شريك لك لبيك ان الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك berkumandang hampir di seluruh kawasan mas’aril haram. Kawasan yang membentang dari Arafah sampai Masjidil Haram.
Ibadah haji hukumnya wajib bagi yang mampu sesuai dengan perintah Allah SWT sebagaimana yang disebut dalam al Qur’an surat Ali Imron:96
وَلِلّٰـهِ  عَلَى النَّاسِ حِجُّ  الْبَيْتِ  مَنِ  اسْتَطَاعَ  إِلَيْهِ  سَبِيلًا    وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ
  اللّٰـهَ  غَنِىٌّ عَنِ الْعٰلَمِينَ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahilhamdu
Jamaah Sholat Id Rahimakumullah
Yang kedua, ibadah kurban. Ibadah ini berhukum sunnah ‘ain bagi individu dan sunnah kifayah bagi anggota keluarga. Ibadah ini memiliki kaitan dengan ibadah haji, sebagaian bersumber dari ajaran Nabi Ibrahim AS.
Pada hari ini, lebih 3000 tahun yang lalu, Nabi Ibrahim Kholilullah menjalankan praktek keagamaan yang penuh dengan nilai-nilai ke-ilahi-an, ketauhidan, kesabaran dan pengorbanan manusia kepada Tuhannya. Pada saat itu Nabi Ibrahim AS diuji oleh Allah SWT dengan ujian yang sangat luar biasa. Nabi Ibrahim AS melalui mimpinya diperintah Allah SWT untuk menyembelih putra tercintanya Ismail AS. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam al Quran surat As Shofat : 100-111
رَبِّ هَبْ لِى مِنَ الصّٰلِحِينَ ۚ  فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيمٍ ۚ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْىَ قَالَ يٰبُنَىَّ  إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى الْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ  فَانظُر مَاذَا تَرَىٰ  ۖ  قَالَ يٰٓأَبَتِ افْعَلْ  مَا تُؤْمَر ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن  شَآءَ اللّٰـه مِنَ الصّٰبِرِينَ ۖ  فَلَمَّآ    أَسْلَمَا    وَتَلَّهُۥ    لِلْجَبِينِ ۚ وَنٰدَيْنٰهُ  أَن يٰٓإِبْرٰهِيم ۚ قَدْ صَدَّقْتَ  الرُّءْيَا  انا كذالك نجزى المحسنين
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Selanjutnya, yang lebih penting adalah bagaimana memetik pelajaran dari perintah Allah tersebut dalam kehidupan saat ini. Ibadah Haji merupakan ibadah mahdlah dan bersifat fisik. Pelajaran yang bisa diambil dari ibadah ini adalah bahwa saat kita berkumpul dengan jutaan orang di tanah yang luas, kita merasa kecil. Dalam kondisi seperti itu, tidak pantas bagi kita untuk sombong. Kita membutuhkan orang lain agar bisa membantu kita, dan agar orang lain tidak menyakiti kita. Tolong menolong dan saling pengertian dibutuhkan dalam upaya kita beribadah kepada Allah. Karena kita tdk bisa beribadah dengan baik,tanpa ada sikap tolong menolong .
Sedangkan secara spiritual apa yang bisa kita rasakan, alami dan refleksikan di tanah suci, saat kita betul-betul merasa dekat kepada Allah, semestinya bisa berpengaruh kepada sikap dan perilaku kita terutama dalam kehidupan bermasyarakat saat kita kembali lagi ke tanah air. Dengan begitu, ibadah haji yang kita jalankan akan memompa kita untuk lebih giat lagi dalam berjuang demi tegaknya kesejahteraan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat dan bangsa, termasuk .

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Allahu Akbar Walillah Ilhamdu
Sedangkan pelajaran yang bisa kita ambil dari ibadah kurban adalah: dalam kehidupan ini tidak semata-mata materi, tetapi ada yang lebih dari itu, yaitu spiritual. Dalam kitab-kitab Fiqih disebutkan bahwa daging hewan korban harus di sodaqohkan dan tidak boleh dijual belikan. Karena itu, dalam berkorban kita diajari bahwa, dalam hidup ini semuanya tidak bisa sekedar materi, tidak sekedar dihitung dengan uang. Semuanya selalu diperhitungkan dengan uang. Kalau tidak punya uang tidak punya kehormatan sehingga diremehkan.
Padahal uang bukanlah segala-galanya. Karena ada yang lebih dari itu, yaitu spiritualitas. Spiritual, yang berasal dari kata spirit yang berarti semangat. Semangat untuk berkurban, berjuang, melakukan sesuatu pekerjaan tidak sekedar mencari harta benda.

 Jamaah sholat id rohimakumullah
Demikian khutbah yang bisa kami sampaikan, semoga ibadah yang sedang dijalankan oleh para jamaah haji di tanah suci bisa menjadi haji yang mabrur dan ibadah kurban yang alan kita lakukan terhitung sebagai amal yang bisa membawa kita menjadi manusia yang tidak hanya sekedar bersikap materialistic, tetapi juga memiliki jiwa spiritualitas yang tinggi.
 أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ . بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
 اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Sabtu, 04 Oktober 2014

Tata Cara Pelaksanaan Shalat dan Khutbah Hari Raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha



  
1. Ketika imam sampai di masjid, muraqi segera berdiri untuk memberi aba-aba dimulainya shalat, yakni dengan lafadh:

صَلُّوْا سُنَّةً لِعِيْدِ اْلفِطْرِ / اْلأَضْحٰى رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ.

2. Imam segera menuju mihrab (tempat imam), lalu niat shalat disertai takbiratul ihram. Niatnya adalah:

أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ / اْلأَضْحٰى رَكْعَتَيْنِِ ِللهِ تَعَالٰى.

3. Setelah takbiratul ihram, dilanjutkan membaca do’a iftitah, kemudian melakukan takbir sebanyak tujuh kali pada raka’at pertama, dan lima kali pada raka’at kedua. Lalu, membaca tasbih di sela-sela takbir:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

4. Setelah selesai melakukan takbir ketujuh, dilanjutkan membaca ta’awwudz, surat Al Fatihah dan surat-surat yang disunahkan; seperti surat Qaf atau Al A’la pada raka’at pertama, dan surat Al Qamar atau surat Al Ghasyiyah pada raka’at kedua.

5. Selesai melaksanakan shalat, muraqi segera berdiri untuk memberi aba-aba dimulainya khutbah, disusul dengan membaca shalawat sambil menyerahkan tongkat. Redaksinya semisal:

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، إِعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذاَ، يَوْمُ عِيْدِ الْفِطْرِ / اْلأَضْحٰى، وَيَوْمُ السُّرُوْرِ، وَيَوْمُ الْمَغْفُوْر، يَوْمُ أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، إِذَا صَعِدَ الْخَطِيْبُ عَلَى الْمِنْبَرِ، أَنْصِتُوْا أَثَابَكُمُ اللهُ، وَاسْمَعُوْا أَجَارَكُمُ اللهُ، وَأَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ. اللّـٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اللّـٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ، اللّـٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

6. Setelah itu, khotib menuju mimbar khutbah.

7. Kemudian muraqi membaca do’a:

اَللّـٰهُمَّ قَوِّ اْلإِسْـلاَمَ، مِنَ الْمُسْـلِمِيْنَ وَالْمُسْـلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنِ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَيَسِّرْهُمْ عَلىٰ إِقَامَةِ الدِّيْنِ، وَاخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ، وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

8. Selesai do’a, khotib mengucapkan salam kemudian duduk.

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

9. Lalu, muraqi membaca takbir sebanyak tiga kali:

اَللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أََكْبَرْ، لآَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ وَ ِللهِ الْحَمْد  

10. Kemudian, khotib melaksanakan khutbah pertama. Selesai khutbah, khotib duduk sejenak, disusul muraqi membaca shalawat:

اَللّـٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

11. Selesai duduk, khotib melanjutkan dengan khutbah kedua sampai selesai.

Senin, 21 Juli 2014

KAJIAN ISLAM ROMADHON 1435 H الموضوع : الاكثار بتلاوة القران



الباحث: خالد مأمون
بمعهد دار الاستقامة مدينة سيرانج 21 رمضان 1435 ه
تعريف القران:
القران لغة من كلمة قرأ بمعنى تلا
واصطلاحا: كلام الله المنزل على نبيه محمد صلى الله عليه وسلم بوسيلة جبريل المعجز بلفظه المتعبد بتلاوته المنقول الينا بالتواتر المكتوب فى المصاحف من اول سورة الفاتحة الى اخره سورة الناس.
لماذا نقراء القران:
القرآن أفضل من سائر الذكر لقوله صلّى الله عليه وسلم : «يقول الرب سبحانه وتعالى: من شغله القرآن وذكري عن مسألتي أعطيته أفضل ما أُعطي السائلين، وفضلُ كلام الله تعالى على سائر الكلام كفضل الله تعالى على خلقه»
ماذا يشمل فى القران:
القران يشمل على: المواعظ, الزواجر, أخبار الانبياء والامم السابقة, العلوم
الدليل من القران:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ * لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ * ( سورة فاطر 29-30)
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, dan mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagain dari rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (29) agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambahkan kepada mereka  dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah swt maha pengampun lagi maha mensyukuri.
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرً (سورة الاسراء 9)
Artinya: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (9)
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ لَهَمَّتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ أَنْ يُضِلُّوكَ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَضُرُّونَكَ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا (113)  (سورة النساء 113)
Artinya: “Sekiranya bukan karena karunia Allah dan Rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolangan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakan sedikitpun kepadamu. Dan( juga karena) Allah telah menurunkan kitab dan hikmah kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah swt. Sangat besar atasmu.
الدليل من السنة:
عن أَبي أُمَامَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يقول: «اقْرَؤُوا القُرْآنَ؛ فَإنَّهُ يَأتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ» . رواه مسلم.
وعن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "الصيام والقران يشفعان للعبد يوم القيامة, يقول الصيام: اي رب منعته الطعام والشهوات بالنهار فشفعنى فيه, ويقول القران: منعته النوم با لليل, فشفعنى فيه فيشفعان, فيشفعان: اي تقبل شفاعتهما (رواه احمد بسند صحيح)
عن عبد الله ابن مسعود رضىي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "من قرأ حرفا من كتاب الله عز وجل فله به حسنة, والحسنة بعشر امثالها, ولا اقول الم حرف, ولكن الف حرف, ولام حرف, وميم حرف. (رواه الترمذي وقال: حسن صحيح, والحاكم فى " المستدرك وقال: صحيح الاسناد)
حال قارئ القران:
       1.            أن يكون على الوضوء
       2.            واقعاً عل هيئة الأدب والسكون إما قائماً وإما جالساً
       3.            مستقبل القبلة
       4.            مطرقاً رأسه غير متربع
       5.            ولا متكىء
       6.            ولا جالس على هيئة التكبر.
       7.             ويكون جلوسه وحده كجلوسه بين يدي أستاذه.
       8.             وأفضل الأحوال أن يقرأ في الصلاة قائماً
       9.            وأن يكون في المسجد فذلك من أفضل الأعمال.
  10.            فإن قرأ على غير وضوء وكان مضطجعاً في الفراش فله أيضاً فضل ولكنه دون ذلك. قال الله تعالى " الذين يذكرون الله قياماً وقعوداً وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السموات والأرض " فأثنى على الكل ولكن قدم القيام في الذكر ثم القعود ثم الذكر مضطجعاً.
 قال علي رضي الله عنه من قرأ القرآن وهو قائم في الصلاة كان له بكل حرف مائة حسنة ومن قرأه وهو جالس في الصلاة فله بكل حرف خمسون حسنة. ومن قرأه في غير صلاة وهو على وضوء فخمس وعشرون حسنة. ومن قرأه على غير وضوء فعشر حسنات. وما كان من القيام بالليل فهو أفضل لأنه أفرغ للقلب، قال أبو ذر الغفاري رضي الله عنه: إن كثرة السجود بالنهار وإن طول القيام بالليل أفضل الثاني في مقدار القراءة:
وللقراء عادات مختلفة في الاستكثار والاختصار
       1.            فمنهم من يختم القرآن في اليوم والليلة مرة
       2.            وبعضهم مرتين وانتهى بعضهم إلى ثلاث
       3.            ومنهم من يختم في الشهر مرة
وأولى ما يرجع إليه في التقديرات قول رسول الله صلى الله عليه وسلم " من قرأ القرآن في أقل من ثلاث لم يفقهه " وذلك لأن الزيادة عليه تمنعه الترتيل. وقد قالت عائشة رضي الله تعالى عنها - لما سمعت رجلاً يهذر القرآن هذراً - " إن هذا ما قرأ القرآن ولا سكت " وأمر النبي صلى الله عليه وسلم عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أن يختم القرآن في كل سبع وكذلك كان جماعة من الصحابة رضي الله عنهم يختمون القرآن في كل جمعة كعثمان وزيد بن ثابت وابن مسعود وأبي بن كعب رضي الله عنهم.
 ففي الختم أربع درجات:
    1.            الختم في يوم وليلة وقد كرهه جماعة
    2.            والختم في كل شهر كل يوم جزء من ثلاثين جزءاً - وكأنه مبالغة في الاقتصار كما أن الأول مبالغة في الاستكثار –
    3.             وبينهما درجتان معتدلتان إحداهما في الأسبوع مرة
    4.             والثانية في الأسبوع مرتين تقريباً من الثلاث.
 والأحب أن يختم ختمة بالليل وختمة بالنهار، ويجعل ختمه بالنهار يوم الإثنين في ركعتي الفجر أو بعدهما، ويجعل ختمه بالليل ليلة الجمعة في ركعتي المغرب أو بعدهما، ليستقبل أول النهار وأول الليل بختمته. فإن الملائكة عليهم السلام تصلي عليه إن كانت ختمته ليلاً حتى يصبح وإن كان نهاراً حتى يمسي فتشمل بركتهما جميع الليل والنهار.
أما من ختم في الأسبوع مرة فيقسم القرآن سبعة أحزاب فقد حزب الصحابة رضي الله عنهم القرآن أحزاباً:
       1.            فروي أن عثمان رضي الله عنه كان يفتتح ليلة الجمعة بالبقرة إلى المائدة، وليلة السبت بالأنعام إلى هود، وليلة الأحد بيوسف إلى مريم، وليلة الاثنين بطه إلى طسم، موسى وفرعون، وليلة الثلاثاء بالعنكبوت إلى ص، وليلة الأربعاء بتنزيل إلى الرحمن، ويختم ليلة الخميس.
       2.            وابن مسعود كان يقسمه أقساماً لا على هذا الترتيب وقيل أحزاب القرآن سبعة فالحزب الأول ثلاث سور والحزب الثاني خمس سور والحزب الثالث سبع سور والرابع تسع سور والخامس إحدى عشرة سورة والسادس ثلاث عشرة سورة والسابع المفصل من ق إلى آخره. فهكذا حزبه الصحابة رضي الله عنهم وكانوا يقرءونه كذلك.
والله اعلم با لصواب
المرجع:
احياء علوم الدين, للامام الغزالى (حجة الاسلام ابو حامد محمد بن محمد ابن محمد الغزالى)
الدين الاسلامي الجزء الثانى, للشيخ حسن منصور, الشيخ عبد الوهاب خير الدين, الشيخ مصطفى عنانى