Sabtu, 13 Agustus 2011

Pesantren Benteng Pertahanan Moral


Pesantren Benteng Pertahanan Moral

Saturday, 13 Aug 2011 | 01:37:08 WIB

Terkait

SEBAGAI lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pondok pesantren dinilai masih sangat efektif sebagai benteng pertahanan moral, sekaligus pusat pembangunan akhlak dan pendidikan karakter bangsa dengan pola pembinaan dilangsungkan selama 24 jam.
Hal itu disampaikan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten, Drs. H. Iding Mujtahidin, M.Pd, kepada Kabar Banten, Jumat (12/8) kemarin.
Menurut dia, di era milenium ketiga dan di saat dunia semakin tidak berjarak dan mengglobal, transformasi budaya dan arus informasi yang sulit dibendung, telah memberikan andil besar dalam proses terjadinya dekadensi moral, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Budaya kekerasan dan pornografi telah masuk ke dalam ruang keluarga melalui media cetak dan elektronik.
Kalangan pendidikan dan psikologi telah menyebutkan bahwa pembinaan akhlak adalah proses pendidikan yang jauh lebih sulit daripada pendidikan bidang studi lain. Hal ini karena pembinaan akhlak menyangkut sikap, tata nilai, dan penghargaan yang harus termanifestasi dalam budi pekerti dan tingkah laku yang baik. Di sisi lain, faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi pembentukan pribadi, karena, pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang sangat dipengaruhi oleh kehidupan sekelilingnya.
“Untuk menangkis dampak negatif budaya luar, pondok pesantren sangat berperan. Melalui ajaran yang diterapkan dan keteladanan sosok kiai, para santri akan tumbuh menjadi manusia yang arif, dan tidak tergiur oleh gemerlapnya kenikmatan duniawi,” katanya.
H. Iding menjelaskan, pondok pesantren merupakan institusi pendidikan yang menaruh perhatian besar terhadap pembangunan akhlak para peserta didiknya. Oleh karena itu, lanjut dia, bagi pesantren pembangunan akhlak santri di atas segala-galanya. Variabel terbesar keberhasilan pendidikan di pesantren adalah akhlak.
Program dan penyelenggaraan pendidikan di pesantren di Tanah Air, tak terkecuali di Banten, umumnya selalu diprioritaskan pada penggemblengan masalah moral/akhlak.
Pondok pesantren dapat berperan lebih dinamis bukan hanya karena kemampuannya melakukan penyesuaian kultural, tetapi juga karena karakter eksistensialnya. Pondok pesantren telah mampu memainkan peran sebagai pialang budaya dalam pengertian yang luas dan positif. Oleh karena itu, pondok pesantren, dalam dinamika dan perkembangannya, juga dapat menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan perubahan sosial.
Banten yang sejak dulu dikenal sebagai pusat penyebaran Islam di Indonesia, hingga kini terus berkembang pesat. Hal itu bisa dilihat dari jumlah pondok pesantren (ponpes) dan santri yang dari tahun ke tahun terus bertambah. Ini merupakan aset berharga untuk menatap masa depan yang lebih baik, jika dikelola dan dibina secara optimal.
Wajib mukim
Sementara itu, dihubungi secara terpisah, Pimpinan Pondok Pesantren Daar el-Istiqomah, Kota Serang, KH. Sulaeman Ma’ruf mengatakan, seluruh santri yang ada di pondoknya harus mukim. Hal itu dilakukan untuk memudahkan pembinaan dan pengontrolah, khususnya menyangkut perilaku/akhlak santri.
Menurut dia, pola pembinaan santri selama 24 jam yang dilakukan pesantrennya ditujukan untuk membina akhlak. Dengan pola 24 jam santri tinggal di asrama, kiai dan guru dapat mengontrol perilaku santri dan mengarahkannya sesuai dengan akhlak Islam.
”Pola pembinaan selama 24 jam sebagai wujud keseriusan pesantren dalam membina akhlak santri. Dengan tinggal dalam asrama selama 24 jam, pihak pesantren dapat melakukan kontrol secara ketat perkembangan akhlak santri,” tutur Dewan Penasihat FSPP Banten ini.
Bukan hanya itu, lanjut dia, pola pembinaan 24 jam yang dikembangkan pesantrennya juga lebih memudahkan pesantren dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para santri melalui keteladanan yang ditunjukkan para ustad dan kiainya.
”Pondok pesantren merupakan kawah candradimuka pendidikan karakter bangsa. Pesantren memberikan kontribusi signifikan dalam membangun moralitas dan karakter bangsa,” ungkap pengurus MUI Banten ini. (Abdul Rochim/”KB”)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar