Kamis, 09 Februari 2012


PROFIL, Kholid Guru Nyentrik yang di Senangi Murid
Nama               : Kholid Ma’mun
Riwayat Pendidikan:
-          Taman Kanak-kanak, Guyangan-Trangkil-Pati-Jawa Tengah 1987
-          SDN Guyangan-Trangkil-Pati-Jawa Tengah 1994
-          Madrasah Diniyah, Raudlatul Ulum Guyangan-Trangkil-Pati Jawa Tengah 1996
-          Madrasah Tsanawaiyah Raudlatul Ulum Guyangan-Trangkil-Pati-Jawa Tengah 1999
-          Madrasah Aliyah, Raudlatul Ulum Guyangan-Trangkil-Pati-Jawa Tengah 2002
-          S1 Universitas Al-Azhar Cairo Mesir 2002-2006
-          S2 Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta 2008-2011
Lelaki nyentrik yang biasa dipanggil kang Kholid ini lahir di pati 27 tahun silam. Anak ke empat dari empat bersaudara ini adalah putra dari ibu Hj. Ni’mah dan Bapak H. Ma’mun Yusuf (alm).
Sejak masa kecill, Kholid Ma’mun sudah hidup dalam suasana lingkungan yang sarat dengan nuansa religius. Budaya keagamaan ala pesantren yang melingkupi tanah kelahirannya, membuat sosok Kholid tumbuh menjadi anak yang cerdas, rajin, taat dan santun.
Jenjang pendidikan, mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga madrasah Aliyah (MA), ia tempuh di kampong halamannya  sendiri, yang secara kebetulan di kampung tersebut terdapat sebuah lembaga pendidikan cukup besar dan tersohor, khususnya di daerah Pati dan sekitarnya, yaitu Pondok Pesantren Raudhaatul Ulum.
Di Pesantren yang di dirikan oleh al Maghfurlah Kh. Suyuthi Abdul Qadir inilah, Kholid tumbuh dan berkembang. Kapasitas keilmuan dan kedewasaannya pun digembleng, ditempa dan ditangkan.
Selain belajar ilmu agama di pesantren, Kholid juga pernah menimbu di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Guyangan. Bahkan pada tahun 1994, ia berhasil menamatkan studi dasarnya itu dengan hasil memuaskan. Namun prestasi yang diperolehnya di SDN Guyangan tidak berkelanjutan, sebab ia harus melanjutkan sekolah di madrasah Diniyah, Tsanawiyah dan Aliyah Raudlatul Ulum Pati.
Setelah merampungkan pendidikan di pesantren selama delapan tahun, Kholid kemudian melanjutkan rihlah ilmiyahnya ke Universitas Al-Azhar Kairo –Mesir, yang menurut banyak orang biasa juga disebut dengan kiblat ilmu pengetahuan Islam. Selama di negeri Kinanah. Demikian orang menyebut Mesir, inilah dia  mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman hidup. Suka, duka, manis dan pahitnya kehidupan di Mesir memberinya motivasi dan semangat untuk selalu berperan dalam memberikan yang terbaik untuk agama, nusa dan bangsa serta seluruh umat manusia.
Kehausan intelektualnya selalu mendorong Kholid untuk terus belajar dan menimba ilmu. Semenjak kepulangannya dari Negeri Seribu Menara (Mesir-red) di awal tahun 2007 semangat it uterus bergemuruh dan menggedor-gedor pintu hatinya. Akhirnya, iap pun kembali belajar Bahasa Inggris di Pare Kediri (kursus selama 40 hari). Selesai di Pare, tepatnya pada bulan September 2008, Kholid langsung mendaftarkan diri di Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
Suka Duka Menjadi Seorang Guru Pendidikan Agama Islam
Sebelum di IIQ, yakni pada tanggal 09 Agustus 2007, Kholid telah mengabdikan dirinya sebagai seorang guru di SMP Islam Terpadu Al-Syukro Ciputat. Mata pelajaran yang diampunya adalah Pendidikan Agama Islam, Bahasa Arab dan Tahfidz (hafalan) Al-Qur’an. Selain menjadi guru, secara sturktural Kholid juga ditunjuk oleh Kepala Sekolah sebagai kordinator mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Jabatan yang diperolehnya merupakan amanat yang harus dilakasanakan dengan baik. Karena itu, dia bertekad untuk tidak menyia-nyiakan kepercayaan yang telah diperolehnya. “Guru adalah amanat, dan amanat adalah kepercayaan yang tidak boleh disia-siakan. Karena itu, saya berusaha untuk melaksanakan amanat itu dengan sebaik-baiknya,” tegas guru muda ini.
Kholid menjalani tugasnya selama lima hari dalam seminggu yakni, mulai dari senin sampai Jum’at, sejak pukul 07.00 sampai 16.00 WIB. Sementara kegiatan rutin yang dilakukan, selain mengajar adalah, memantau aktifitas ibadah siswa seperti mengatur pelaksanaan shalat berjama’ah  Zuhur dan Ashar di sekolah. Juga mengatur jadwal kegiatan keagamaan siswa, mulai dari adzan, iqamah, dzikir, do’a dan ceramah setiap setelah pelaksanaan shalat.
Melalui kegiatan keagamaan ini diharapkan siswa-siswi dapat berinteraksi secara aktif, kreatif dan berkembang sehingga menjadi tunas-tunas bangsa yang mempunyai tanggaung jawab tinggi serta dapat mengemban amanah yang berjiwa islami, beramal ilmiah dan berilmu amaliyah serta berdedikasi tinggi untuk membawa bangsa Indonesia menjadi yang terdepan di kancah dunia internasional.
Dalam mengajar, Kholid menerapkan metode interaktif dengan cara  mengajak dan memotivasi siswa untuk lebih berperan aktif dan berkreasi ilmiah disetiap kegiatan pembelajaran berlangsung. Sesekali Kholid juga menerapkan metode simulasi, metode ini diterapkan agar siswa-siswi lebih senang dan mudah menerima materi yang disampaikannya.
Kendati dari luar dia kelihatan tenang dan dingin, tapi ternyata ketika mengajar dikelas, dia sangat tegas dan disiplin. Konsistensi Kholid dalam mengajar membuat anak didiknya jatuh hati. Sehari saja dia tidak hadir, siswa-siswinya langsung mencarinya. “pak Kholid ngajarnya enak, gampang dicerna, dan menarik”. Karena itu, kalau beliau tidak hadir, kami merasa kehilangan,” jelas salah satu siswinya.
Kholid adalah sosok guru yang sangat mengasihi murid-muridnya. Seorang guru yang tidak pernah menghukum muridnya dengan kekerasan. Dia memang seorang yang sangat bersahaja, bahkan sangat sederhana. Sangat sabar, nyaris tak pernah marah. Dia sangat tidak senang mendengar seseorang membicarakan keburukan orang lain. Menurut pengakuannya, sejak kecil dia tak pernah mau berkelahi, kendati dia sering disakiti orang lain.
Sesungguhnya masih banyak keinginan dan cita-cita yang ingin diwujudkan Kholid Ma’mun untuk memajukan dunia pendidikan di Negara tercinta ini. Di lubuk hati yang paling dalam, dia berharap agar pemerintah berani memberikan biaya pendidikan gratis kepada generasi bangsa, terutama bagi mereka yang memang kurang bernasib baik, kaum fakir miskin. “bila pemerintah mampu memberikan subsidi belajar gratais kepada rakyat Indonesia, terutama bagi kaum miskin dan mustad ‘afin, niscaya bangsa ini akan menjadi Negara yang berpendidikan dan berwawasan tinggi. Bahkan cita-cita untuk mewujudkan Indonesia sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur akan benar-benar terealisasi.” Tegasnya.
 Artikel ini telah di muat pada Majalah ‘aini PAIS (Majalah yang di terbitkan oleh DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH. DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN ISLAM DEPARTEMEN AGAMA RI) MEDIA GURU-GURU PAI SMP. Edisi II, Maret-April 2009 M/ Rabiul Awal-Rabiul Akhir 1430 H.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar