Kamis, 19 Januari 2012

Surat Pembaca" Manasik Haji di Pesantren"


Redaksi yang terhormat
Ibadah Haji adalah merupakan salah satu rukun atau pilar Islam yang lima selain syahadatain, shalat, zakat dan puasa, maka dari itu sudah menjadi kewajiban bagi muslim dan muslimat untuk dapat mengetahui apa ibadah haji itu dan bagaimana proses pelaksanaanya!?
Pondok Pesantren Modern Daar El Istiqomah Kampung Kesawon Kelurahan Sukawana Kota Serang, Sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam mengajarkan praktik manasik haji kepada anak didiknya yang di laksanakan pada hari Ahad 1 Muharram 1433 H yang bertepatan dengan 27 November 2011 kegiatan ini di ikuti seluruh santriwan, santriwati, para asatidz dan juga ikut serta dalam kegiatan ini mudir ma’had dan wakil (pimpinan Pesantren) Ust.Drs.KH.Sulaeman Ma’ruf dan Ustd. Hj.Maunatul Hayat, jelas Ust. H.Kholid Ma’mun, MA sebagai penanggung jawab kegiatan ini.         
Kegiatan ini bertujuan mengajarkan kepada santriwan dan santriwati bagaimana praktik pelaksanaan haji yang sesungguhnya, karena selama ini santri hanya mengetahui teorinya saja sebagaimana yang mereka ketahui melalui kitab-kitab fikih.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini santri dibagi beberapa kelompok yaitu kelompok perkelas putra dan putri dengan didampingi ustadz untuk kelompok putra dan ustadzah untuk kelompok putri disetiap kelompok, yang kebagian barisan paling depan dalam manasik haji ini adalah santri akhir tahun yaitu kelas VI KMI (Kulliyatul Muallimin Al Islamiyah) putra, V putra, IV putra, III intensif  putra, I intensif putra, III putra, II putra, I putra demikian juga dengan urutan sama dalam kelompok putri di mulai dari kelas VI sampai dengan kelas I KMI.
Dalam kegiatan manasik haji ini berlangsung dengan khusu’ dan khidmat karena setiap pembimbing dari masing masing kelompok diberikan buku panduan yang disusun secara sistematis oleh panitia pelaksana sehingga setiap kelompok dapat mengikuti praktik ibadah haji ini dengan baik. Disamping ada pembimbing perkelompok juga ada pembimbing secara umum yang di pandu oleh penanggung jawab kegiatan manasik haji ini yaitu Ust. H.Kholid Ma’ mun, MA.
Terus terang saya sebagai santri PPMDI sangat bangga dan senang bisa ikut belajar menuntut ilmu di Pondok Pesantren Modern Daar El Istiqomah ini, karena di sini saya bisa mendapatkan banyak ilmu, hal ini dikarenakan pembelajaran baik di dalam kelas maupun diluar kelas sangat banyak dan berfariatif diantaranya adalah kegiatan manasik haji ini, semoga saya dan pembaca yang budiman suatu saat nanti dapat menunaikan rukun Islam yang ke lima ini. Amin.
Muhammad Zubair Al Habib-(Santri asal Malaysia kelas II Kulliyatul Muallimin Al Islamiah-Daar El Istiqomah)

Artikel ini telah dimuat di Koran “Kabar Banten” Surat Pembaca, Kamis 19 Januari 2012, hal 8

25 TAHUN PPMDI BERKHIDMAT UNTUK UMMAT



Oleh: Drs.KH.Sulaeman Ma’ruf
Pimpinan Pondok Pesantren Modern Daar El Istiqomah-Kota Serang
A. Mukaddimah
Mensyukuri nikmat adalah suatu kewajiban agama (QS. Ibrahim: 7), sebagaimana bekerja dan belajar, maka sebaliknya, kufur nikmat adalah dilarang dan berdosa, pelakunya diancam dengan sanksi hukuman dari Allah swt. Apabila seseorang mensyukuri nikmat maka Allah swt. Berjanji akan menambah nikmat yang sudah ada padanya.
Nikmat yang telah diberikan Allah kepada manusia itu sungguh banyak dan tak terhingga. Baik yang ada pada diri manusia maupun yang diluar diri manusia. Yang ada didalam diri manusia itu diantaranya akal dan hati yang siap menerima petunjuk dan hidayah dari Allah swt. (agama) dan yang diluar diri manusia itu seluruh ciptaan Allah baik yang ada dilangit maupun yang ada dibumi.
Adapun cara mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah swt. Adalah dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dalam rangka beribadah kepadaNya dalam arti seluas-luasnya. Ibadah dalam arti sempit itu contohnya shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah dalam arti luas itu segala amal perbuatan kita yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat, bangsa dan Negara yang diniatkan karena Allah swt. Dan tak lepas dari hukum agama.
Maka dalam rangka mensyukuri nikmat Allah swt. ini, PPMDI mengadakan ulang tahun milad ke-25.
B. Kilas Balik
Berdirinya Balai Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Daar El Istiqomah ( kepanjangan dari PPMDI) adalah di awali oleh keinginan yang kuat dari abah Moh. Masdani, ayah dari Drs. KH. Sulaeman Ma’ruf agar anaknya yang lulusan Gontor tahun 1978 dapat mendirikan pondok pesantren seperti Gontor.
Bermula dari pengajian privat Al-Qur’an dari rumah ke rumah dibawah bimbingan ibunda Syami’ah Suchaimi, Lopang th. 1984 yang semakin lama tidak bisa ditangani saking banyaknya permintaan dari beberapa keluarga yang menghendaki adanya pengajian privat keluarga dirumah masing-masing maka atas saran dari putra-putranya dan restu serta dukungan dari suami (abah Moh. Masdani-almarhum), disepakati bahwa  pengajian dialihkan dari bentuk privat menjadi bentuk umum, yang semula guru datang ke murid sekarang murid yang datang ke guru. Pengajian di adakan dirumah Abah Masdani dengan pembimbing 4 orang yaitu: ibunda Syami’ah, abah Masdani dan dua putranya (Drs.KH.Sulaeman Ma’ruf dan K.Samsul Ma’arif, S.Ag M.Pd) diluar dugaan bahwa kemudian jumlah peserta pengajian melimpah hingga mencapai lebih dari 100 orang yang terdiri dari kelompok anak-anak, remaja dan dewasa.
Setelah berjalan hampir dua tahun, pengajian yang tadinya memberikan pelajaran: Aqidah Akhlak, Al-Qur’a, Fikih ibadah dan latihan pidato yang dilaksanakan setiap ba’da magrib s/d jam 21.00 Wib. Ini, sesepuh dan tokoh masyarakat waktu itu yaitu bapak F.Abdul Ghani  mengusulkan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan pesantren ditempat pengajian  itu, sekaligus mendaulat Drs.KH.Sulaeman Ma’ruf sebagai pimpinannya. Hal itu terjadi pada saat silaturrahim lebaran hari Rabu 10 Syawwal 1406 H. bertepatan dengan tanggal 18 Juni 1986 M. dengan dorongan pak Abdul Ghani dan alm. Ayahanda Moh.Masdani, akhirnya Drs.KH.Sulaeman Ma’ruf menyatakan Bismillah yang berarti bahwa dia siap untuk mengurus pesantren. Kemudian lurah kelurahan Penancangan waktu itu (Bapak Siradj Halim) dan bapak Dr.H.Baihaqi A.K (Dekan Fak. Syari’ah IAIN Serang-waktu itu) serta masyarakat yang hadir dalam suatu pertemuan dalam rangka silaturrahim dan peringatan Isra’ Mi’raj  Nabi Muhammad saw. Pada tahun 1987 dirumah abah Moh. Masdani ikut pula memberikan dukungan.
Sebagai pondok rintisan dalam langkahnya (sementara) hampir sama dengan pondok-pondok yang ada di Kabupaten, Kota Serang dan sekitarnya yakni menampung anak-anak yang berasal dari luar Kabupaten dan Kota Serang yang belajar diberbagai sekolah atau madrasah yang ada di Kabupaten dan Kota Serang. Perbedaannya hanya terletak pada disiplin keluar masuk pondok yang ketat dan program atau pelajarannya wajib diikuti oleh santri (ba’da isya’ sampai dengan pukul 21.00 wib. Dan subuh sampai dengan jam 06.15 wib.)
Tercatat sampai akhir tahun 1988 jumlah santri mencapai 80 santriwan dan santriwati yang berasal dari berbagai daerah diluar Kabupaten dan Kota Serang, diantaranya dari Lampung, Pandeglang, Bekasi, Jakarta, Bogor, Karawang dan daerah lainya diluar Serang.
C. Pondasi Awal
Dengan dasar pemikiran bahwa pondok ini harus lebih ditingkatkan baik kwalitas maupun kwantitasnya, dan untuk itu dibutuhkan kepercayaan masyarakat. Hal ini tentu saja berkaitan dengan pembenahan manajemen modern dan organisasi yang baik. Pondok ini berjalan berlandaskan hokum yang berlaku, maka pada tanggal 13 maret 1989 abah Moh. Masdani mendirikan Yayasan Daar El Istiqomah dibawah notaries R. Sumaryono,SH. Dengan nomor akte: 10 pertanggal 13 Maret 1989 dan terdaftar dikantor Pengadilan Negeri dengan nomor: 5/YY/1989/PNS tanggal 15 Maret 1989. Pendirian Yayasan Daar El Istiqomah Serang semakin memperkokoh dan mempermudah gerak langkah pondok. Dan pada tahun ajaran 1989/1990 Pondok mulai membuka Kulliyatul Mu’allimin wal Mu’allimat Al-Islamiyah (KMI) dengan program 6 tahun bagi lulusan Sekolah Dasar (SD) dan program 4 tahun bagi lulusan SLTP/MTs.
Pada tahun 1995/1996 jumlah santri yang belajar di PPMDI mencapai 163 orang yang duduk di 8 kelas yang ada, yaitu kelas I, II, III, I intensif, III intensif, IV, V dan kelas VI. Serta 27 santri TK/TPA. Program KMI Gontor dan program Madrasah Tsanawiyah dan ‘Aliyah-nya dari Departemen Agama (Depag) Republik Indonesia. Mereka diperkenankan mengikuti ujian Negara setelah memenuhi persyaratan dan dinyatakan naik kelas VI (enam) bagi yang akan mengikuti ujian Madrasah ‘Aliyah Negeri (MAN).
Program KMI dilaksanakan pada pagi hari mulai jam 07.00 s/d 12.30 Wib. Diselingi istirahat dua kali, dilanjutkan dengan kursus sore, mulai jam 13.00 s/d 14.30 Wib. Selanjutnya belajar kelompok yang masing-masing dilaksanakan pada ba’da asar dan malam hari dari jam 19.30 s/d 22.00 Wib.
Untuk menunjang kurikulum, pendidikan dan pengajaran pondok dilaksanakan pula berbagai aktifitas bagi santri yang wajib diikuti, seperti berorganisasi, gerakan pramuka, keterampilan (khusus putrid) dan silat/karate serta latihan da’wah.
D. Wakaf Pondok
Pada awal berdirinya, pondok hanya memiliki sebidang tanah seluas 200 m², wakaf dari abah Moh.Masdani yang terletak dibelakang rumahnya di Penancangan Baru Serang (sekarang ditempat tersebut telah berdiri Yayasan Tarbiyah Nurul Ma’arif (PTNM) yang dipimpin oleh K.Samsul Ma’arif, S.Ag. M.Pd, santri yang mukim menempati rumah dan mengontrak rumah milik orang china non muslim selama kurang lebih 3 tahun, secara bertahap pembangunan pondok dimulai dengan seadaanya, santri langsung yang mengerjakan, sepertihalnya pembuatan sumur, gedung majlis ukuran 5x6 m² dan dilanjutkan dengan gedung madrasah 2 lokal dengan fondasi bertingkat.
Untuk mengembangkan lokasi pondok di penancangan sudah tidak memungkinkan lagi karena lahan yang terbatas, maka pada tahun 1990 PPMDI berhasil membebaskan tanah seluas 2.400 m² dengan cara tukar tambah yang terletak di kampong Kesawon kelurahan Sukawana Kecamatan Serang dan pada tahun itu pula membuat gedung membuat gedung permanen 5 lokal ukuran 32x7 m² yang digunakan untuk ruang belajar 2 lokal, 1 lokal untuk dewan guru dan 2 lokal untuk asrama putra dan sebuah masjid ukuran 15x15 m²  dengan menggunakan dana bantuan dari Jam’iyyah Ihya’I  at Turats al Islamy, Kuwait sebesar 30  juta rupiah.
Sekarang jumlah gedung di PPMDI telah bertambah dengan berdirinya gedung Ar-Rahmah 11 lokal untuk asrama putri, gedung Al-Hikmah 6 lokal untuk asrama putra, gedung Palestina 6 lokal 2 lantai. Lantai bawah untuk sekretariat dan perpus dan lantai atas untuk asrama putra, serta gedung Indonesia 8 lokal.
Pernah juga PPMDI putra menempati gedung baru di Ciomas Serang, namun hanya 2 tahun, karena ada satu dan lain hal maka pindah lagi ke kampus PPMDI di Kesawon. Adapun lokasi yang di penancangan sudah diserah terimakan kepada Pesantren Tarbiyah Nurul Ma’arif yang dipimpin oleh K. Samsul Ma’arif, S.Ag, M.Pd.
Kemudian pada bulan Oktober 2010 PPMDI juga membentuk kepengurusan pengembangan tanah  wakaf pesantren yang terdiri dari, Penasehat: Drs.KH.Sualeman Ma’ruf dan ustadzah.Hj.Maunatul Hayat, Ketua: ust.H.Kholid Ma’mun, MA, bendahara: ust.Rapiudin, M.Ag dan sekretaris ust.Rizky Nuansa Cantiara dengan agenada membeli tanah yang ada di sekeliling Pesantren seluas 5 ha, untuk pembelian tanah tersebut di butuhkan biaya kurang lebih 6.690.000.000,- (enam milyar enam ratus Sembilan puluh juta rupiah) namun hingga sangat ini dana baru terkumpul 73.000.000,- (tujuh puluh tiga juta rupiah). Serta pada bulan Januari 2012 ini PPMDI Alhamdulillah juga mendapatkan wakaf tanah dari Bp. H. Abdullah Surya seluas kurang lebih 1,5 ha yang berlokasikan di kampung Sepang kec. Taktakan Kota Serang.
E. Milad PPMDI ke-25
Berbagai kegiatan diadakan dalam rangka ulang tahun milad ke 25 ini, antara lain silaturrahim para ulama pimpinan pesantren se-provinsi Banten, tokoh masyarakat, alumni, santri dan wali santri, Tausiah tentang kewajiban mensyukuri nikmat dengan pembicara KH.Ahmad Hasyim Muzadi, seminar tentang pendidikan, perkemahan pramuka penggalang penegak, lomba nasyid, marawis dan qasidah dan lain sebagainya yang intinya adalah membangkitkan dan menggalang potensi guru dan santri ponpes baik intern maupun ekstern.
Lebih dari seratus lembaga pendidikan di undang baik sekolah, madrasah, majlis taklim maupun pesantren. Dengan satu tujuan memperkokoh tali silaturrahim dan ukhuwwah Islamiyyah, menggalang potensi ummat untuk meraih prestasi.
Tentu saja peringatan milad ke-25 ini hanya wasilah atau media saja untuk membangun semangat ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dan tujuannya adalah untuk mewujudkan generasi muslim yang kaffah dan menggapai ridha Allah swt. melalui peningkatan kwalitas pendidikan di pondok pesantren maka kerjasama pun dilakukan dengan berbagai pihak dalam mewujudkan harapan dan cita-cita tersebut. Antara lain dengan Forum Silaturrahim Pondok Pesantren (FSPP), Kemenag, Pemprov dan Pemkot, BAZ dan lembaga-lembaga yang lain.
Kepada mereka yang telah ikut berjasa dan membantu kelancaraan acara milad ke-25 dan pendidikan di PPMDI dihaturkan banyak terima kasih, jazakumullah khairan katsiran.
F. Kiprah PPMDI di Masyarakat
Usia PPMDI yang sudah 25 tahun telah melahirkan banyak alumni baik yang hanya mengenyam belajar sebentar dari hanya satu tahun lebih samapai dengan yang lulus dengan mengenyam pendidikan selama enam tahun, mereka telah menunjukkan kiprahnya di tengah-tengah kehidupan masyarakat, terutama dibidang pendidikan dan dakwah, namun ada juga yang bergelut dibidang ekonomi dan politik.
Semua harus kita syukuri bersama, diusianya yang sudah seperempat abad ini tentu harus lebih ditingkatkan lagi kiprahnya dalam rangka turut serta memajukan bangsa dan Negara terutama dibidang pendidikan dan agama, terutama lagi pendidikan karakter (akhlakul karimah).
G. Penutup
Dalam rangka ikut serta mengembangkan pendidikan karakter. PPMDI mengarahkan anak didiknya untuk menjadi muslim sejati atau hamba Allah yang baik. Hamba Allah yang selalu berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw., memahami ajaran agama dengan baik dan mengamalkannya, memiliki pengetahuaan yang seimbang baik ilmu syari’at maupun ilmu pengetahuan alam.
Ya Allah anugraihilah kami, anak keturunan kami dan seluruh umat Islam ilmu pengetahuan agama yang baik dan kemampuan untuk mengamalkannya.
Ya Allah berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat. Jauhkanlah kami dari api neraka. Amin ya Rabbal Alamin.

Wallahu’ alamu bisshawab

Artikel ini: telah di muat di Koran Kabar Banten, Kamis 19 Januari 2012, hal 8

Senin, 16 Januari 2012

LIMA NASEHAT DAHSYAT DARI IBRAHIM BIN ADHAM


Nama lengkapnya adalah Ibrahim bin Adham bin Manshur al ‘Ijli. Ada yang mengatakan at Tamimy. Dia juga dikenal dengan Abu Ishaq al Balkhi. Meninggal tahun 162.
Mungkin tidak ada yang banyak mengenal bahwa beliau adalah seorang pangeran dari Balakh. Seorang pangeran kaya raya dengan istananya yang megah gemilang. Kemegahannya saat itu belum ada yang menandinginya.
Meskipun hidup bergelimang harta dan kekuasaan tidak membuat hati beliau lalai. Bahkan beliau terkenal sebagai orang yang taat beribadah dan sangat penyantun terhadap sesama terlebih kepada orang-orang miskin di negerinya. Setiap Jum’at dikumpulkan para fakir miskin di depan istananya dan ditaburkannya uang dirham ke halaman istana. Ia juga gemar memberi hadiah bagi orang-orang yang dianggap berjasa serta memberi zakat dan shadaqah jariyah pada hari-hari tertentu.
Namun gemerlapnya dunia tidak dapat membuatnya bahagia dan tidak mampu menghadirkan ketenangan jiwa. Bahkan membuatnya hatinya dirundung gundah gulana. Hingga pada suatu malam, saat penghuni istana sedang tidur terlelap, dia meninggalkan istana dengan menyamar sebagai seorang papa. Baginya, kehidupan yang fana ini semakin diteguk semakin merasa haus. Akhirnya sang pangeran meninggalkan semuanya.
Dan pada suatu hari, Ibrahim bin Adham didatangi seorang lelaki yang gemar melakukan maksiat. Lelaki tersebut bernama Jahdar bin Rabiah. Ia meminta nasehat kepada dirinya agar ia dapat menghentikan perbuatan maksiatnya. Ia berkata, “Ya Aba Ishak, aku ini seorang yang suka melakukan perbuatan maksiat. Tolong berikan aku cara yang ampuh untuk menghentikannya.”
Setelah merenung sejenak, Ibrahim berkata, “Jika kamu mampu melaksanakan lima syarat yang kuajukan, maka aku tidak keberatan kau berbuat dosa.”
Mendengar jawaban laki-laki tersebut gembira dan dengan penuh rasa ingin tahu yang besar dia bertanya, “Apa saja syarat-syarat itu, ya Aba Ishak?”
Syarat pertama, jika kau melaksanakan perbuatan maksiat, janganlah kau memakan rizki Allah”, ujarnya.
Lelaki itu mengernyitkan dahinya lalu berkata, “lalu aku makan dari mana? Bukankah segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah rizki Allah?”
“Benar”, jawab ibrahim tegas. “Bila kau telah mengetahuinya, masih pantaskah kau memmakan rizki-Nya sementara kau terus melakukan maksiat dan melanggar perintah-perintah-Nya?”
“Baiklah…”, jawab lelaki itu tampak menyerah, “Kemudian apa syarat yang kedua?”
“Kalau kau bermaksiat kepaa Allah, janganlah kau tinggal di bumi-Nya”, kata Ibrahim lebih tegas lagi.
Syarat kedua ini membuat jahdar lebih kaget lagi. “Apa? Syarat ini lebih hebat lagi. Lalu aku harus tinggal di mana? Bukankah bumi dengan segala isinya ini milik Allah?”
“Benar. Karena itu pikirkahlah baik-baik. Apakah kau masih pantas memakan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya sementara kau terus berbuat maksiat?”, tanya Ibrahim.
“Kau benar Aba Ishak”, ucap Jahdar kemudian. “Lalu apa syarat yang ketiga?”, tanyanya dengan penasaran.
“Kalau kau masih juga bermaksiat kepada Allah, tetapi masih ingin memakan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempat yang terembunyi agar tidak terlihat oleh-Nya.”
Syarat ini membuat lelaki itu terkesima. “Ya Aba Ishak, nasehat macam apakah semua ini? Mana mungin Allah tidak melihat kita?”
“Bagus! Kalau kau yakin Allah melihat kita, tetapi kau masih terus memakan rizkNya, tinggal di buminya, dan terus melakukan maksiat kepada-Nya. Pantaskah kau melakukan semua itu?”, tanya Ibrahim kepada lelaki yang masih tampak membisu itu. Semua ucapan itu membuat Jahdar bin Rabiah tidak berkutik dan membenarkannya.
“Baiklah, ya Aba Ishak, lalu katakan sekarang apa syarat yang keempat?”
“Jika malaikatul maut hendak mencabut nyawamu, katakanlah kepadanya bahwa engkau belum mau mati sebelum bertobat dan melakukan amal shaleh.”
Jahdar termenung. Tampaknya ia mulai menyadari semua perbuatan yang dilakukan selama ini. Ia kemudian berkata, “Tidak mungkin…. Tidak mugnkin semua itu kulakukan”.
“Ya Abdallah (hamba Allah), bila kau tidak sanggup mengundurkan hari kematianmu, lalu dengan cara apa kau dapat menghindari murka Allah?”
Tanpa banyak komentar lagi, ia bertanya syarat yang kelima, yang merupakan syarat terakhir. Ibrahim bin Adham untuk kesekian kalinya memberi nasehat kepada lelaki itu.
“Yang terakhir, bila malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke neraka di hari kiamat, janganlah kau bersedia ikut dengannya dan menjauhlah!”
Lelaki yang ada di hadapan Ibrahim bin Adham itu tampaknya tidak sanggup lagi mendengar nasehatnya. Ia menangis penuh penyesalan. Dengan wajah penuh sesal, ia berkata, “cukup…cukup ya Aba Ishak! Jangan kau teruskan lagi. Aku tidak sanggup lagi mendengarnya. Aku berjanji, mulai saat ini aku akan beristighfar dan bertaubat nasuha kepada Allah”.
Lelaki itu memang menepati janjinya. Sejak pertemuannya dengan Ibrahim bin Adham, ia benar-benar berubah. Ia mulai menjalankan ibadah dan semua perintah-perintah Allah dengan baik dan khusyuk.


 Wallahu alam bisshawab